Bunuh diri "jeritan minta tolong bagi Gereja"



Bunuh Diri Setelah Racuni Empat Anak

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/07 ... 376612.htm


Melihat 2 hari terakhir berita koran dan TV, sungguh mengenaskan, seorang ibu muda (Junania 37) meracuni ke-empat anak-anaknya, memandikan mereka, menyisir rambutnya, kemudian disandingkan bersama-sama dengan rapi diatas tempat tidur. Kemudian baru sang ibu mengakhiri hidupnya dengan minum racun yang sama.

Sungguh sayang, karena Allah sangat menghargai satu nyawa sekalipun. Saya yakin Allah yang adil dan pengasih menempatkan anak-anak tak berdosa itu di Surga.Tapi, bagaimanakah dengan sang ibu? Malang sekali jika ada orang yang sama-sekali tak punya seseorang yang menjadi "a shoulder to cry on", seorang yang bisa di-curhati, seorang yang bisa bersimpati ketika dia sedang kesusahan. Namun ibu Mercy merasa sendirian dalam memikirkan tentang keinginan untuk mati, tak tahu kemana harus berteriak minta tolong. Menurut para ahli psikologi bunuh diri semacam ini adalah suatu tindakan "a cry for help"

Kejadian yang cukup menyayat hati, 4 orang anak kecil itu bagaikan sedang tidur saja, sang ibu ingin anak-anaknya ditemukan dalam keadaan bersih dan rapi. Bisa dibayangkan bahwa ibu itu menyaksikan anaknya sekarat, entah muntah, entah buang-air, entah badannya kejang-kejang karena keracunan. Ia merekamnya dengan sebuah ponsel kemudian ia membersihkannya dan menata mayat anak-anaknya dengan rapi. Waktu yang mungkin cukup panjang prosesnya. Kemudian ia memilih pakaian pesta terbaiknya dan mengakhiri hidupnya. Dan tentu saja mayat sang ibu ketika ditemukan tidak sebersih anak-anaknya. Suatu nyali yang mungkin kesannya "berani" dengan tekat bulat untuk mati, namun sebenarnya apa yang dia lakukan ini adalah "the last cry for help".

Bunuh diri biasanya dari kekecewaan yang besar karena apa yang diinginkan, dicintai atau diharap-harapkan tidak didapatkan, hal ini sering menimbulkan penyesalan karena kegagalan dan akibatnya timbul keinginan bunuh diri. Ibu Mercy adalah gambaran seorang yang mempunyai tekanan berat, persoalan rumah-tangga, ekonomi dan problem kesehatan anak ke-2nya yang mempunyai penyakit kelainan darah yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Tak tahu kemana lagi harus meminta tolong, dan ia kemudian menjerit dengan jeritan yang tak terungkapkan dengan suara, ia bunuh diri.

Berita TV kembali merekam acara penghiburan di sebuah rumah persemayaman jenazah tempat mereka disemayamkan, disitu ada pendeta yang menyampaikan firman penghiburan dan sekelompok pemuji sedang menyanyikan lagu-lagu penghiburan, saya menghargai sigapnya Gereja datang pada suasana tersebut dan membantu penguburannya. Dan kemudian timbul andai-andai. "Tuhan, betapa indahnya kalau saja para pelayanMu itu datang kepada ibu Mercy sebelum ia nekat memustuskan untuk mengakhiri hidupnya". Ya, ini hanya andai-andai, namun memang pelayanan diakonia sungguh sangat penting.

Saatnya Gereja Tuhan tak hanya berfikir mengembangkan sayapnya dengan banyaknya cabang-cabang dan meraup domba-domba gemuk, ada banyak sekali orang yang malang perlu pertolongan yang bersifat rohaniah dan yang jasmaniah.
Gereja bukan soal ibadah yang indah dengan musik, khotbah yang menarik, dan gedung megah. Gereja adalah juga sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang yang susah, karena gereja dan hamba-hambaNya yang adalah juga kepanjangan tangan Allah untuk menolong orang-orang yang malang.


Blessings,

Tidak ada komentar: